Selasa, 19 Desember 2017

Ketika Sang Idola Meninggalkan Fansnya

Twitter adalah salah satu media sosial yang sangat saya sukai. Bahkan jika saya diminta untuk memberikan 3 TOP RANKS media sosial terbaik, saya akan menempatkan Twitter diurutan pertama, Instagram dinomor kedua dan dinomor tiga saya akan mengosonginya. Karena saya memang merasa tidak memiliki pilihan untuk nomor tiga.

Dari Twitter saya mendapatkan informasi dengan sangat cepat. Bahkan bisa jadi ketika orang lain (yang tidak membuka twitter) belum mengetahui suatu informasi, pengguna twitter akan dengan cepat lebih mengetahui suatu informasi tersebut.

Begitupun dengan yang terjadi kemarin. Ketika ada salah seorang penyanyi asal Korea (member SHINEE) ditemukan tewas tersebab bunuh diri. Beberapa bulan lalu saya juga mendapati informasi serupa, yakni dari Chester, sosok legenda penyanyi rock, vocalis Linkin Park, ditemukan tewas tersebab bunuh diri juga.


Ada sesuatu yang patut disoroti ketika ada berita tokoh idola (artis) bunuh diri. Para fans akan sangat merasa kehilangan. Mereka akan sangat sedih, bahkan mungkin sampai  memangis yang tak henti-hentinya.

Hal tersebut dapat dilihat dari ekspresi mereka di tweet yang mereka kicaukan. Mereka seolah menyesal dan bahkan ada beberapa yang sampai lupa diri untuk turut menyusul sang idola. Ingin ikut-ikutan bunuh diri.

Sesuatu yang patut lebih disoroti juga adalah mereka yang mengekspresikan seperti itu adalah sosok-sosok muslim. Mereka benar-benar menangisi sosok yang telah pergi, yakni sang idola mereka. Yang sebenarnyapun mereka tak mempunya tali darah dengan mereka.

Saya mengira, mengapa mereka sampai mengekpresikan sedemikian rupa. Mungkin karena mereka merasa bahwa sang idolalah yang selama ini membuat hidup mereka berwarna. Melalui lagu-lagu yang selama ini mereka nyanyikan. Melalui video-video yang selama ini mereka buat, ataupun foto-foto yang terabadikan. Itulah semua yang membuat good-day bagi para fans. Sehingga wajar, ketika sang idola pergi untuk selamanya, mereka akan sangat merasa kehilangan. Bahkan tidak jarang sang idola dijadikan motivasi hidup. Sehingga ketika sang idola telah pergi, sirna pulalah motivasi untuk hidup itu.

Mungkin ada yang menganggap tulisan saya ini amat berlebih. Tapi sungguh tidak guys, saya menjumapi dengan mata kepala saya sendiri. Beberapa tweet dan komentar di youtube mengenai ekspresi mereka tersebut. Dan bagi temen-temen yang sudah biasa dengan dunia pengidolaan seperti itu, mungkin sudah tidak kaget. Mereka sudah biasa menemukan fakta yang semacam itu.

Lantas, jika memang kita seorang muslim patutkah sebenarnya kita bersikap sedemikian rupa? Merasa lunglai tatkala menjumpai sang idola pergi untuk selamanya, tersebab bunuh diri. Ntah dengan gantung diri, minum bahan kimia membahayakan, ataupun menabrakkan diri dengan kendaraan tercinta.

Pertama yang harus kita ketahui, tatkala kita mempercayai di dunia ini ada Tuhan, dan Tuhan itu adalah Allah. Maka kita akan memiliki konskuensi yakni kita harus mempercayai apapun yang Allah berikan kepada kita. Termasuk apa yang Allah berikan kepada kita adalah kitab suci Al-Quran. Di sana ada banyak sekali firman-firman Allah yang sifat pelaksanaannya adalah wajib. Dan salah satunya adalah terdapat firman yang menyatakan bahwa sejatinya kita hidup adalah untuk beribadah kepada Allah.  Allah SWT berfirman, “Tidak Aku ciptakan jin dan manusia kecuali untuk menyembah kepada-Ku” (QS. adz-Dzariyat: 56)

Kedua, ketika kita sudah mengaku Islam. Yang mana kita dapat berislam adalah dengan mengucapkan dua kalimat syahadat. Maka saat kita mengucapkan kalimat tersebut, kita juga telah menyatakan bahwa Muhammad adalah Rasul Allah.

Muhammad-lah satu-satunya role model hidup kita. Terlebih di banyak ayat Allah juga telah memfirmankan hal ini. Salah satunya adalah “Sesungguhnya pada diri Rasulullah ada teladan yang baik bagimu, yaitu bagi orang yang mengharap Allah dan hari akhir serta banyak berdzikir kepada Allah.” (QS. Al-Ahzab: 21)

Ketiga, kita harus mengingat bahwa dalam menjalani kehidupan ini tentu Allah akan melihat apapun yang kita kerjakan. Baik kita melakukannya secara terang-terangan maupun secara tersembunyi, sesungguhnya Allah akan melihat dan mencatat apapun yang kita kerjakan. Allah SWT berfirman, “Sesungguhnya pendengaran, penglihatan & hati, semuanya itu akan diminta pertanggungjawabannya.” (QS. Al Isra’: 36)

Dari apa-apa yang kita kerjakan, dan itu dicatat oleh malaikat Rakib dan Atid, maka kelak di hari akhir semuanya itu akan diperlihatkan kepada kita. Dan Allah akan memintai pertanggungjawaban atas apapun yang kita kerjakan. Termasuk perbuatan-perbuatan yang mencerminkan kita tidak menjadikan hidup kita sebagai sarana beribadah kepada Allah. Ataupun termasuk ketika kita tidak menjadikan Muhammad sebagai satu-satunya role model hidup kita. Allah SWT berfirman, “Apakah manusia mengira, bahwa ia akan dibiarkan begitu saja (tanpa pertanggung jawaban)?” (QS. Qiyamah: 36)

Temen-temen, jika saat kita mendapatkan kabar bahwa idola kita meninggal dunia, kita sangat sedih, bahkan sampai kita menangis. Lalu bagaimana keadaan kita ketika mendapatkan kabar bahwa hampir setiap hari saudara muslim kita dari berbagai belahan dunia, mereka meninggal dunia. Bukan karena bunuh diri, tetapi justru karena dibunuh dengan cara yang sangat keji. Coba bandingkan, lebih tinggi mana tingkat kesedihan kita? Saat mendengar idola kita wafat atau ketika saudara muslim kita wafat?

Padahal Rasulullah telah bersabda: “Perumpamaan kaum mukmin dalam sikap saling mencintai, mengasihi dan menyayangi, seumpama tubuh, jika satu anggota tubuh sakit, maka anggota tubuh yang lain akan susah tidur atau merasakan demam.” [HR. Muslim]. Selain itu, coba ingat juga hadits berikut ini “Hilangnya dunia, lebih ringan bagi Allah dibandingnya terbunuhnya seorang mukmin tanpa hak.” (HR. Nasai 3987, Turmudzi 1455, dan dishahihkan al-Albani).

Coba kembali kita renungkan dengan hati yang teduh. Idola kita itu siapa? Apakah dia akan memberikan sumbangsih bagi kebahagiaan kita? Dan ingatlah, jika kita membahas makna bahagia, tentu kita tidak bisa mencukupkan hanya kebahagiaan di dunia saja, tetapi ingatlah kebahagaiaan juga ada yang diakhirat kelak.

Jika memang dengan mencintai idola kita mampu menciptakan kebahagiaan hidup kita, mengapa kita tidak lebih mencintai Rasulullah sang pemberi kebahagiaan dunia sampai akhirat kelak bagi kita?

Baik, jika kita memang mencintai idola kita dan Rasulullah. Tapi, tidakkah kita berhati-hati dengan hadits ini, dari Anas Radhiyallahu anhu sesungguhnya Rasulullah SAW bersabda, “Engkau akan bersama dengan orang yang engkau cintai.”

Siapa yang kita cintai, itulah kelak yang akan membersamai kita diakhirat. Jika yang kita cintai ternyata sosok-sosok yang tak beriman kepada Allah, akankah kita terus melanjutkan cinta ini?

Maka idealnya seorang muslim, dia seharusnya menjadikan Rasulullah sebagai satu-satunya teladan dalam menjalani kehidupan. Sejatinya apa yang dibawa oleh Rasulullah itu adalah Islam. Maka seorang muslim itu akan menjadikan Islam sebagai The Way Of Life-nya. Bukan justru menjadikan peradaban-peradaban barat maupun sejenisnya sebagai standar hidupnya.

baca tulisan serupaBunuh Diri, Solusi bagi yang Depresi? 

Tidak ada komentar: