Twitter adalah salah
satu media sosial yang sangat saya sukai. Bahkan jika saya diminta untuk
memberikan 3 TOP RANKS media sosial terbaik, saya akan menempatkan Twitter diurutan pertama, Instagram dinomor kedua dan dinomor tiga
saya akan mengosonginya. Karena saya memang merasa tidak memiliki pilihan untuk
nomor tiga.
Dari Twitter saya mendapatkan informasi
dengan sangat cepat. Bahkan bisa jadi ketika orang lain (yang tidak membuka twitter) belum mengetahui suatu
informasi, pengguna twitter akan
dengan cepat lebih mengetahui suatu informasi tersebut.
Begitupun dengan yang
terjadi kemarin. Ketika ada salah seorang penyanyi asal Korea (member SHINEE) ditemukan tewas tersebab
bunuh diri. Beberapa bulan lalu saya juga mendapati informasi serupa, yakni dari
Chester, sosok legenda penyanyi rock,
vocalis Linkin Park, ditemukan tewas
tersebab bunuh diri juga.
Ada sesuatu yang patut
disoroti ketika ada berita tokoh idola (artis) bunuh diri. Para fans akan
sangat merasa kehilangan. Mereka akan sangat sedih, bahkan mungkin sampai memangis yang tak henti-hentinya.
Hal tersebut dapat
dilihat dari ekspresi mereka di tweet
yang mereka kicaukan. Mereka seolah menyesal dan bahkan ada beberapa yang
sampai lupa diri untuk turut menyusul sang idola. Ingin ikut-ikutan bunuh diri.
Sesuatu yang patut
lebih disoroti juga adalah mereka yang mengekspresikan seperti itu adalah
sosok-sosok muslim. Mereka benar-benar menangisi sosok yang telah pergi, yakni
sang idola mereka. Yang sebenarnyapun mereka tak mempunya tali darah dengan
mereka.
Saya mengira, mengapa
mereka sampai mengekpresikan sedemikian rupa. Mungkin karena mereka merasa
bahwa sang idolalah yang selama ini membuat hidup mereka berwarna. Melalui
lagu-lagu yang selama ini mereka nyanyikan. Melalui video-video yang selama ini
mereka buat, ataupun foto-foto yang terabadikan. Itulah semua yang membuat good-day bagi para fans. Sehingga wajar,
ketika sang idola pergi untuk selamanya, mereka akan sangat merasa kehilangan. Bahkan
tidak jarang sang idola dijadikan motivasi hidup. Sehingga ketika sang idola
telah pergi, sirna pulalah motivasi untuk hidup itu.
Mungkin ada yang
menganggap tulisan saya ini amat berlebih. Tapi sungguh tidak guys, saya menjumapi dengan mata kepala
saya sendiri. Beberapa tweet dan
komentar di youtube mengenai ekspresi
mereka tersebut. Dan bagi temen-temen yang sudah biasa dengan dunia pengidolaan
seperti itu, mungkin sudah tidak kaget. Mereka sudah biasa menemukan fakta yang
semacam itu.
Lantas, jika memang
kita seorang muslim patutkah sebenarnya kita bersikap sedemikian rupa? Merasa lunglai
tatkala menjumpai sang idola pergi untuk selamanya, tersebab bunuh diri. Ntah dengan
gantung diri, minum bahan kimia membahayakan, ataupun menabrakkan diri dengan
kendaraan tercinta.
Pertama yang harus kita ketahui, tatkala kita mempercayai di dunia ini ada
Tuhan, dan Tuhan itu adalah Allah. Maka kita akan memiliki konskuensi yakni
kita harus mempercayai apapun yang Allah berikan kepada kita. Termasuk apa yang
Allah berikan kepada kita adalah kitab suci Al-Quran. Di sana ada banyak sekali
firman-firman Allah yang sifat pelaksanaannya adalah wajib. Dan salah satunya
adalah terdapat firman yang menyatakan bahwa sejatinya kita hidup adalah untuk
beribadah kepada Allah. Allah SWT
berfirman, “Tidak Aku ciptakan jin dan
manusia kecuali untuk menyembah kepada-Ku” (QS. adz-Dzariyat: 56)
Kedua, ketika kita sudah mengaku Islam. Yang mana kita dapat berislam adalah
dengan mengucapkan dua kalimat syahadat. Maka saat kita mengucapkan kalimat
tersebut, kita juga telah menyatakan bahwa Muhammad adalah Rasul Allah.
Muhammad-lah
satu-satunya role model hidup kita. Terlebih
di banyak ayat Allah juga telah memfirmankan hal ini. Salah satunya adalah “Sesungguhnya pada diri Rasulullah ada
teladan yang baik bagimu, yaitu bagi orang yang mengharap Allah dan hari akhir
serta banyak berdzikir kepada Allah.” (QS. Al-Ahzab: 21)
Ketiga, kita harus mengingat bahwa dalam menjalani kehidupan ini tentu Allah
akan melihat apapun yang kita kerjakan. Baik kita melakukannya secara
terang-terangan maupun secara tersembunyi, sesungguhnya Allah akan melihat dan
mencatat apapun yang kita kerjakan. Allah SWT berfirman, “Sesungguhnya pendengaran, penglihatan & hati, semuanya itu akan
diminta pertanggungjawabannya.” (QS. Al Isra’: 36)
Dari apa-apa yang kita
kerjakan, dan itu dicatat oleh malaikat Rakib dan Atid, maka kelak di hari
akhir semuanya itu akan diperlihatkan kepada kita. Dan Allah akan memintai
pertanggungjawaban atas apapun yang kita kerjakan. Termasuk perbuatan-perbuatan
yang mencerminkan kita tidak menjadikan hidup kita sebagai sarana beribadah
kepada Allah. Ataupun termasuk ketika kita tidak menjadikan Muhammad sebagai
satu-satunya role model hidup kita. Allah
SWT berfirman, “Apakah manusia mengira,
bahwa ia akan dibiarkan begitu saja (tanpa pertanggung jawaban)?” (QS.
Qiyamah: 36)
Temen-temen, jika saat
kita mendapatkan kabar bahwa idola kita meninggal dunia, kita sangat sedih,
bahkan sampai kita menangis. Lalu bagaimana keadaan kita ketika mendapatkan
kabar bahwa hampir setiap hari saudara muslim kita dari berbagai belahan dunia,
mereka meninggal dunia. Bukan karena bunuh diri, tetapi justru karena dibunuh
dengan cara yang sangat keji. Coba bandingkan, lebih tinggi mana tingkat
kesedihan kita? Saat mendengar idola kita wafat atau ketika saudara muslim kita
wafat?
Padahal Rasulullah
telah bersabda: “Perumpamaan kaum mukmin
dalam sikap saling mencintai, mengasihi dan menyayangi, seumpama tubuh, jika
satu anggota tubuh sakit, maka anggota tubuh yang lain akan susah tidur atau
merasakan demam.” [HR. Muslim]. Selain itu, coba ingat juga hadits berikut
ini “Hilangnya dunia, lebih ringan bagi
Allah dibandingnya terbunuhnya seorang mukmin tanpa hak.” (HR. Nasai
3987, Turmudzi 1455, dan dishahihkan al-Albani).
Coba kembali kita
renungkan dengan hati yang teduh. Idola kita itu siapa? Apakah dia akan
memberikan sumbangsih bagi kebahagiaan kita? Dan ingatlah, jika kita membahas
makna bahagia, tentu kita tidak bisa mencukupkan hanya kebahagiaan di dunia
saja, tetapi ingatlah kebahagaiaan juga ada yang diakhirat kelak.
Jika memang dengan
mencintai idola kita mampu menciptakan kebahagiaan hidup kita, mengapa kita
tidak lebih mencintai Rasulullah sang pemberi kebahagiaan dunia sampai akhirat
kelak bagi kita?
Baik, jika kita memang
mencintai idola kita dan Rasulullah. Tapi, tidakkah kita berhati-hati dengan
hadits ini, dari Anas Radhiyallahu anhu
sesungguhnya Rasulullah SAW bersabda, “Engkau
akan bersama dengan orang yang engkau cintai.”
Siapa yang kita
cintai, itulah kelak yang akan membersamai kita diakhirat. Jika yang kita
cintai ternyata sosok-sosok yang tak beriman kepada Allah, akankah kita terus
melanjutkan cinta ini?
Maka idealnya seorang
muslim, dia seharusnya menjadikan Rasulullah sebagai satu-satunya teladan dalam
menjalani kehidupan. Sejatinya apa yang dibawa oleh Rasulullah itu adalah Islam.
Maka seorang muslim itu akan menjadikan Islam sebagai The Way Of Life-nya. Bukan justru menjadikan peradaban-peradaban
barat maupun sejenisnya sebagai standar hidupnya.
baca tulisan serupa: Bunuh Diri, Solusi bagi yang Depresi?
Tidak ada komentar:
Posting Komentar