“Kajian dibubarkan”.
Mungkin kata inilah yang beberapa akhir ini sering menyeruak di kalangan
masyarakat. Wallahu’alam, apa yang menjadikan motif bagi orang-orang seperti
itu. Membubarkan kajian, membubarkan agenda syiar Islam.
Ada yang mengatakan, katanya
kajian dibubarkan sebab materi akan menimbulkan perpecah-belahan bangsa.
Nyatanya apa? Kajian tak pernah mengarah ke situ. Justru kajian mengajak ummat
agar bersatu, karena memang itulah yang diperintahkan Allah dan RasulNya.
Ada yang mengatakan, katanya
kajian dibubarkan sebab sang penyampai adalah dari kelompok yang tak cinta
NKRI. Padahal, puluhan tahun kelompok tersebut berjuang di negeri ini, salah
satu tujuannya adalah membebaskan NKRI dari segala belenggu neo-kolonialisme
dan neo-imperealisme.
#SaveNKRI! Ini juga
yang menjadi dalil mengapa suka sekali membubarkan kajian. Lantas, coba difikir
terlebih dahulu, sebenarnya yang mengoyak NKRI ini hanya kajian-kajian saja ataukah
ada yang lainnya?
Coba lihat, semisal
dikotaku tercinta saja, Malang. Di sana banyak sekali tempat-tempat berbau
kemaksiatan. Hiburan malam yang kian hari kian menjamur. Jika memang menjadikan
“pembubaran” adalah thoriqoh dakwah, mengapa tak membubarkan acara-acara
kemaksiatan pula? Bukankah itu juga akan mengoyak NKRI?
Coba bayangkan, mana
yang paling berkemungkinan mengoyak NKRI? Pergaulan bebas atau kajian Islam?
Pergaulan bebas salah
satunya diawali dari banyaknya hiburan malam (clubbing). Ketika suatu negeri
banyak sekali pergaulan bebasnya, kiranya bagaimana nasib negeri tersebut 10-20
tahun lagi? Akankah nasab keturunan akan terjaga dengan baik? Tidak ingatkah? “Sesungguhnya
Kami akan menurunkan adzab dari langit atas penduduk kota ini karena mereka
berbuat fasik.” (al-Ankabut: 34)
Sedangkan kajian,
mereka mengajak pada Islam. Mereka mengajak untuk mencintai Allah dan RasulNya.
Apakah hal demikian membahayakan? Hingga harus dibubarkan? Tanpa adanya
tabayyun terlebih dahulu kepada yang bersangkutan? inikah akhlaq orang yang
berteriak menjaga persatuan? Wallahu’alam.
“Dan siapakah yang
lebih aniaya daripada orang yang menghalanghalangi menyebut nama Allāh dalam
mesjid-mesjid-Nya, dan berusaha untuk merobohkannya? mereka itu tidak
sepatutnya masuk ke dalamnya (mesjid Allāh), kecuali dengan rasa takut (kepada
Allāh). mereka di dunia mendapat kehinaan dan di akhirat mendapat siksa yang
berat. (QS II—Al-Baqarah: 114)”
Malang, 05.11.17
Tidak ada komentar:
Posting Komentar