Jumat, 09 Maret 2018

Hari Perempuan Internasional: Apakah Sebuah Solusi?

Sejumlah Perempuan Kota Malang melakukan aksi di depan Balai Kota Malang dalam rangka peringatan Hari Perempuan Internasional, Senin (5/3/2018). Mereka menuntut penghapusan diskriminasi dan pemenuhan kesetaraan hak terhadap Perempuan. (http://jatim.tribunnews.com, 05 Maret 2018)

Bulan Maret memang identik dengan adanya hari besar internasional, yakni peringatan Hari Perempuan Internasional. Biasanya, dalam awal Maret, akan banyak sekali Perempuan-Perempuan yang menggelar berbagai aksi. Mulai dari mengeluarkan pernyataan hingga aksi turun ke jalan. Puncak perayaannya ada pada tanggal 8 Maret.

Banyak sekali Perempuan yang mulai unjuk gigi untuk merayakan hari besar tersebut. Mulai dari daerah, hingga dunia internasional, tidak terkecuali Kota Pendidikan Malang. Jika disimpulkan tuntutan mereka adalah diadakannya kesetaraan gender antara Perempuan dan laki-laki. Mengingat memang kini banyak pihak yang melakukan diskriminasi terhadap Perempuan. Seperti Perempuan hanya dianggap sebagai kaum rumah saja.


Hal lain yang selalu dituntut oleh Perempuan yang merayakan peringatan hari Perempuan internasional itu juga terkait tuntutan perlindungan hakiki yang diberikan pemerintah kepada masyarakat Perempuannya. Karena memang selama ini banyak terjadi pelecehan terhadap Perempuan.

Mengutip dari official twitter @womensday, HARI PEREMPUAN INTERNASIONAL (8 Maret) adalah hari penting untuk merayakan prestasi sosial, ekonomi, budaya dan politik Perempuan serta meminta persamaan gender.

Dalam kaca mata sejarah, Hari Perempuan Internasional pertama kali dirayakan pada tanggal 28 Februari 1909 di New York dan diselenggarakan oleh Partai Sosialis Amerika Serikat. Demonstrasi pada tanggal 8 Maret 1917 yang dilakukan oleh para Perempuan di Petrograd memicu terjadinya Revolusi Rusia. Hari Perempuan Internasional secara resmi dijadikan sebagai hari libur nasional di Soviet Rusia pada tahun 1917, dan dirayakan secara luas di negara sosialis maupun komunis.

Pada tahun 1977, Hari Perempuan Internasional diresmikan sebagai perayaan tahunan oleh Perserikatan Bangsa-Bangsa untuk memperjuangkan hak Perempuan dan mewujudkan perdamaian dunia.

Dalam aksi di kota Malang, ada beberapa tuntutan mereka ajukan, antara lain adalah menghapus kriminalissi dalam bab kesusilaan RKUHP dan mendesak pengesahan RUU Penghapusan Kekerasan Seksual (PKS).

“Selama ini pemerintah masih diskriminatif terhadap Perempuan. Pasalnya, Perempuan baru mendapat perlindungan setelah adanya tindak kekerasan.” Ucap koordinator aksi, Maryam Jameelah.

Kota Malang dianggap sebagai kota yang tidak aman bagi Perempuan (juga anak-anak). Hal ini dibuktikan banyaknya kejadian pelecehan seksual. Bahkan, tidak jarang ketika Perempuan ke tempat-tempat umum, mereka akan mendapatkan tindakan pelecehan tersebut. Hal tersebut juga dibuktikan dengan adanya data sejumlah 21 kasus kekerasan terhadap Perempuan dari Januari sampai Maret 2018 ini.

Dari perayaan Hari Perempuan Internasional, banyak kaum Perempuan berharap adanya perlindungan kepada mereka. Seolah-olah memang hanya dari perayaan ini saja mereka akan meraih apa yang telah mereka harapkan. Padahal, jika kita lihat fakta lebih jauh, sudah sering kali perayaan ini dilakukan. Tetapi hasilnya nihil: kekerasan terhadap Perempuan semakin menjadi-jadi.

Maka sudah saatnya para Perempuan harus berfikir untuk mencari solusi lain. Apakah hanya cukup dengan  menyuarakan keseteraan gender maka seluruh problem Perempuan bisa diatasi? Apalagi solusi yang ditawarkan masih berpijak pada praktek politik kapitalisme, di mana Perempuan dinilai sebagai komoditas utama perdagangan. Keindahan lekukk tubuh Perempuan dinilai sebagai sesuatu yang harus dinikmati. Terlebih adanya paham kebebasan. Perempuan bebas berekspresi dengan pakaiannya yang memperlihatkan aurat. Adapun lelaki diberikan kebebasan untuk mengeksplorasi aurat Perempuan.

Ada baiknya, kita semua menengok ke belakang, pada sebuah masa ketika pelecehan terhadap Perempuan hanya “satu-dua” saja terjadi. Masa itu adalah tatkala diterapkannya Islam secara keseluruhan. Perlindungan pemerintahan Islam terhadap kaum Perempuan telah menorehkan tinta emas dalam sejarah yang tidak akan terlupakan sepanjang zaman.   Tidak dijumpai pada masa itu berbagai tindak kekerasan dan pelecehan, apalagi kepada Perempuan. 

Ketika  seorang Muslimah berbelanja di pasar Bani Qainuqa, seorang Yahudi mengikat ujung pakaiannya tanpa dia ketahui sehingga ketika berdiri aurat Perempuan tersebut tersingkap diiringi derai tawa orang-orang Yahudi di sekitarnya. Perempuan  tersebut berteriak. Kemudian salah seorang Sahabat datang menolong dan langsung membunuh pelakunya. Namun kemudian, orang-orang Yahudi mengeroyok dan membunuh Sahabat tersebut. Ketika berita ini sampai kepada Nabi Muhammad, beliau langsung mengumpulkan tentaranya. Pasukan Rasulullah mengepung mereka dengan rapat selama 15 hari hingga akhirnya Bani Qainuqa menyerah karena ketakutan.

Selanjutnya apa yang terjadi pada masa Khalifah al-Mu’tashim Billah berkaitan dengan pembelaan Khilafah terhadap kehormatan Perempuan. Ketika seorang Perempuan menjerit di Negeri Amuria karena dianiaya dan dia memanggil nama Al-Mu’tashim, jeritannya didengar dan diperhatikan. Dengan serta-merta Khalifah al-Mu’tashim mengirim surat untuk Raja Amuria “…Dari Al Mu’tashim Billah kepada Raja Amuria. Lepaskan Perempuan itu atau kamu akan berhadapan dengan pasukan yang kepalanya sudah di tempatmu sedang ekornya masih di negeriku. Mereka mencintai mati syahid seperti kalian menyukai khamar…!” Singgasana Raja Amuria bergetar ketika membaca surat itu. Lalu Perempuan itu pun segera dibebaskan. Kemudian Amuria ditaklukan oleh tentara kaum Muslim.

Demikianlah sekelumit  sejarah kaum Muslim, yang menunjukkan betapa Islam yang mereka terapkan ketika itu benar-benar membawa keberkahan dan ketinggian kehormatan bagi Perempuan. 

Pelecehan seksual terhadap Perempuan merupakan masalah serius sehingga hal ini perlu diselesaikan dengan segera. Dalam sudut pandang agama Islam, tentu memilliki solusi untuk menyelesaikan masalah tersebut. Hal ini juga tidak lepas dari sebuah fakta bahwa Islam adalah agama yang sempurna dan mengurusi seluruh aspek kehidupan.

Terlebih, ketika Islam datang ke muka bumi ini, dibawa oleh Muhammad sebenarnya telah sangat nyata jika Islam meninggikan derajat kaum Perempuan. Islam mencela dengan keras  tradisi jahiliyah, di antaranya mengubur hidup-hidup anak Perempuan yang baru dilahirkan atau pewarisan istri ayah kepada anak laki-lakinya menunjukkan bahwa Islam sangat memuliakan dan meninggikan derajat kaum Perempuan.

Tidak ada komentar: