Sejumlah
Perempuan Kota Malang melakukan aksi di depan Balai Kota Malang dalam rangka
peringatan Hari Perempuan Internasional, Senin (5/3/2018). Mereka menuntut
penghapusan diskriminasi dan pemenuhan kesetaraan hak terhadap Perempuan. (http://jatim.tribunnews.com,
05 Maret 2018)
Bulan
Maret memang identik dengan adanya hari besar internasional, yakni peringatan
Hari Perempuan Internasional. Biasanya, dalam awal Maret, akan banyak sekali Perempuan-Perempuan
yang menggelar berbagai aksi. Mulai dari mengeluarkan pernyataan hingga aksi
turun ke jalan. Puncak perayaannya ada pada tanggal 8 Maret.
Banyak
sekali Perempuan yang mulai unjuk gigi untuk merayakan hari besar tersebut.
Mulai dari daerah, hingga dunia internasional, tidak terkecuali Kota Pendidikan
Malang. Jika disimpulkan tuntutan mereka adalah diadakannya kesetaraan gender
antara Perempuan dan laki-laki. Mengingat memang kini banyak pihak yang
melakukan diskriminasi terhadap Perempuan. Seperti Perempuan hanya dianggap
sebagai kaum rumah saja.
Hal
lain yang selalu dituntut oleh Perempuan yang merayakan peringatan hari Perempuan
internasional itu juga terkait tuntutan perlindungan hakiki yang diberikan
pemerintah kepada masyarakat Perempuannya. Karena memang selama ini banyak
terjadi pelecehan terhadap Perempuan.
Mengutip
dari official twitter @womensday, HARI PEREMPUAN INTERNASIONAL (8 Maret) adalah
hari penting untuk merayakan prestasi sosial, ekonomi, budaya dan politik Perempuan
serta meminta persamaan gender.
Dalam
kaca mata sejarah, Hari Perempuan Internasional pertama kali dirayakan pada
tanggal 28 Februari 1909 di New York dan
diselenggarakan oleh Partai Sosialis
Amerika Serikat. Demonstrasi pada tanggal 8 Maret 1917
yang dilakukan oleh para Perempuan di Petrograd memicu
terjadinya Revolusi Rusia. Hari Perempuan
Internasional secara resmi dijadikan sebagai hari libur nasional di Soviet Rusia pada
tahun 1917, dan dirayakan secara luas di negara sosialis maupun komunis.
Pada
tahun 1977, Hari Perempuan Internasional diresmikan sebagai perayaan tahunan
oleh Perserikatan Bangsa-Bangsa untuk
memperjuangkan hak Perempuan dan mewujudkan perdamaian dunia.
Dalam
aksi di kota Malang, ada beberapa tuntutan mereka ajukan, antara lain adalah
menghapus kriminalissi dalam bab kesusilaan RKUHP dan mendesak pengesahan RUU
Penghapusan Kekerasan Seksual (PKS).
“Selama
ini pemerintah masih diskriminatif terhadap Perempuan. Pasalnya, Perempuan baru
mendapat perlindungan setelah adanya tindak kekerasan.” Ucap koordinator aksi,
Maryam Jameelah.
Kota
Malang dianggap sebagai kota yang tidak aman bagi Perempuan (juga anak-anak).
Hal ini dibuktikan banyaknya kejadian pelecehan seksual. Bahkan, tidak jarang
ketika Perempuan ke tempat-tempat umum, mereka akan mendapatkan tindakan
pelecehan tersebut. Hal tersebut juga dibuktikan dengan adanya data sejumlah 21
kasus kekerasan terhadap Perempuan dari Januari sampai Maret 2018 ini.
Dari
perayaan Hari Perempuan Internasional, banyak kaum Perempuan berharap adanya
perlindungan kepada mereka. Seolah-olah memang hanya dari perayaan ini saja
mereka akan meraih apa yang telah mereka harapkan. Padahal, jika kita lihat
fakta lebih jauh, sudah sering kali perayaan ini dilakukan. Tetapi hasilnya
nihil: kekerasan terhadap Perempuan semakin menjadi-jadi.
Maka
sudah saatnya para Perempuan harus berfikir untuk mencari solusi lain. Apakah
hanya cukup dengan menyuarakan
keseteraan gender maka seluruh problem Perempuan bisa diatasi? Apalagi solusi
yang ditawarkan masih berpijak pada praktek politik kapitalisme, di mana Perempuan
dinilai sebagai komoditas utama perdagangan. Keindahan lekukk tubuh Perempuan
dinilai sebagai sesuatu yang harus dinikmati. Terlebih adanya paham kebebasan. Perempuan
bebas berekspresi dengan pakaiannya yang memperlihatkan aurat. Adapun lelaki
diberikan kebebasan untuk mengeksplorasi aurat Perempuan.
Ada
baiknya, kita semua menengok ke belakang, pada sebuah masa ketika pelecehan
terhadap Perempuan hanya “satu-dua” saja terjadi. Masa itu adalah tatkala
diterapkannya Islam secara keseluruhan. Perlindungan pemerintahan Islam
terhadap kaum Perempuan telah menorehkan tinta emas dalam sejarah yang tidak
akan terlupakan sepanjang zaman. Tidak dijumpai pada masa itu
berbagai tindak kekerasan dan pelecehan, apalagi kepada Perempuan.
Ketika
seorang Muslimah berbelanja di pasar Bani Qainuqa, seorang Yahudi mengikat
ujung pakaiannya tanpa dia ketahui sehingga ketika berdiri aurat Perempuan
tersebut tersingkap diiringi derai tawa orang-orang Yahudi di sekitarnya. Perempuan
tersebut berteriak. Kemudian salah seorang Sahabat datang menolong dan langsung
membunuh pelakunya. Namun kemudian, orang-orang Yahudi mengeroyok dan membunuh
Sahabat tersebut. Ketika berita ini sampai kepada Nabi Muhammad, beliau
langsung mengumpulkan tentaranya. Pasukan Rasulullah mengepung mereka dengan
rapat selama 15 hari hingga akhirnya Bani Qainuqa menyerah karena ketakutan.
Selanjutnya
apa yang terjadi pada masa Khalifah al-Mu’tashim Billah berkaitan dengan
pembelaan Khilafah terhadap kehormatan Perempuan. Ketika seorang Perempuan
menjerit di Negeri Amuria karena dianiaya dan dia memanggil nama Al-Mu’tashim,
jeritannya didengar dan diperhatikan. Dengan serta-merta Khalifah al-Mu’tashim
mengirim surat untuk Raja Amuria “…Dari Al Mu’tashim Billah kepada Raja
Amuria. Lepaskan Perempuan itu atau kamu akan berhadapan dengan pasukan yang
kepalanya sudah di tempatmu sedang ekornya masih di negeriku. Mereka mencintai
mati syahid seperti kalian menyukai khamar…!” Singgasana Raja Amuria bergetar
ketika membaca surat itu. Lalu Perempuan itu pun segera dibebaskan. Kemudian
Amuria ditaklukan oleh tentara kaum Muslim.
Demikianlah
sekelumit sejarah kaum Muslim, yang menunjukkan betapa Islam yang mereka
terapkan ketika itu benar-benar membawa keberkahan dan ketinggian kehormatan
bagi Perempuan.
Pelecehan
seksual terhadap Perempuan merupakan masalah serius sehingga hal ini perlu
diselesaikan dengan segera. Dalam sudut pandang agama Islam, tentu memilliki
solusi untuk menyelesaikan masalah tersebut. Hal ini juga tidak lepas dari
sebuah fakta bahwa Islam adalah agama yang sempurna dan mengurusi seluruh aspek
kehidupan.
Terlebih, ketika Islam datang ke muka bumi ini, dibawa
oleh Muhammad sebenarnya telah sangat nyata jika Islam meninggikan derajat kaum
Perempuan. Islam mencela dengan keras tradisi jahiliyah, di antaranya
mengubur hidup-hidup anak Perempuan yang baru dilahirkan atau pewarisan istri
ayah kepada anak laki-lakinya menunjukkan bahwa Islam sangat memuliakan dan
meninggikan derajat kaum Perempuan.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar